disintermediation and live online selling

Bacaan Receh – Beberapa waktu lalu TikTok Shop jadi heboh, konsep live online selling yang banyak peminat dan pembeli ternyata juga banyak yang benci. Sebuah konsep jualan barang yang mana produsen langsung menyasar pembeli akhir (end user) tanpa melalui perantara. Baik agen, pedagang besar, maupun pengecer.

Sebuah fenomena dalam dunia perdagangan yang sering kita sebut dengan disintermediation atau penghilangan perantara.

Disintermediation adalah konsep dalam pemasaran dan ekonomi yang mengacu pada proses di mana perantara dalam rantai distribusi atau saluran pemasaran dihilangkan atau perannya dikurangi.

Konsep ini semakin terlihat nyata seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan internet. Serta semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan media sosial dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Di satu sisi, dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan jalur distribusi akan menguntungkan bagi produsen dan konsumen akhir. Namun di sisi lain hal ini mengganggu pola dan perilaku pasar yang sudah ada sebelumnya.

Salah satu “kehebohan” yang terjadi adalah adanya protes dari pedagang-pedagang di pasar tanah abang baru-baru ini yang merasa semakin sepi pembeli. Salah satu alasan yang mereka ungkapkan adalah bahwa ada peran media sosial (TikTok Shop) terkait hal ini. Media sosial menjadi salah satu penyebab utama terjadinya penurunan pengunjung pasar.

Apa Itu Disintermediation?

Adalah Alvin Toffler yang pertama kali memperkenalkan konsep disintermediation dalam bukunya yang berjudul “The Third Wave,” yang terbit pada tahun 1980. Dalam buku ini, Toffler membahas perubahan signifikan dalam masyarakat dan ekonomi yang akibat dari kemajuan teknologi, termasuk penghilangan atau perubahan peran perantara dalam proses bisnis dan distribusi.

Selanjutnya, konsep Toffler ini menjadi dasar bagi pemahaman tentang perubahan dalam ekonomi dan industri yang akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Teknologi Sebagai Pemicu

Disintermediation terjadi tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan penetrasi internet yang semakin luas jangkauannya.

Munculnya platform media sosial dan marketplace menjadi penggerak utama bagi produsen untuk mulai memotong jalur distribusi produk mereka.

Produsen sepatu bisa punya toko online mereka sendiri yang langsung melayani konsumen tanpa harus melalui agen atau distributor. Atau konsumen yang bisa langsung menikmati lagu dari musisi idola mereka melalui layanan streaming tanpa perlu datang lagi ke toko untuk membeli CD.

Tanpa kemajuan teknologi yang signifikan, banyak produsen akan masih menggunakan pola distribusi tradisional yang melibatkan pedagang perantara. Namun dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi, banyak produsen yang mulai memotong jalur distribusi mereka demi menjual langsung ke konsumen akhir.

Bacaan Receh Lainnya: Cara Ideal Mengatur Keuangan Usaha Bagi Pebisnis Pemula

Dampak Pemotongan Jalur Distribusi atau Perantara

Dampak dari pemotongan atau penghilangan jalur distribusi dalam pemasaran produk akan terasa oleh semua pihak. Baik produsen, pedagang perantara, maupun konsumen. Bahkan dalam jangka panjang akan merubah pola dan perilaku pasar yang ada.

Bagi produsen, dampak utama yang paling terasa tentunya adalah berkurangnya biaya distribusi dan margin keuntungan yang semakin besar.

Dan dengan melakukan disintermediation mereka bisa mudah mendapatkan akses langsung terhadap data konsumen sehingga bisa melakukan analisa pasar yang lebih baik.

Namun di sisi lain, produsen harus siap berinvestasi di bidang teknologi dan harusbisa mengelola layanan pelanggan yang lebih baik. Karena yang mereka hadapi bukan pedagang perantara, melainkan konsumen akhir yang benar-benar menginginkan value dari produk mereka.

Selain itu, produsen harus siap menghadapi konflik dengan distributor atau pedagang perantara yang terancam bisnisnya akibat konsumen lebih memilih membeli langsung ke produsen.

Bagi konsumen, keuntungan membeli langsung ke produsen adalah harga yang lebih murah. Selain itu konsumen akan lebih cepat mendapatkan informasi terkait perkembangan datau model terbaru dari produk tersebut.

Namun konsumen juga harus menerima keadaan yang mana mungkin variasi atau alternatif produk yang ada hanya sedikit atau bahkan tidak ada. Serta perbedaan kualitas layanan yang bisa jadi berbeda dengan toko atau distributor yang sudah biasa berhubungan langsung dengan pelanggan.

Dampak paling tidak mengenakkan rasanya akan menimpa para pedangan perantara. Pedagang perantara yang umumnya berupa toko-toko konvensional dan juga UMKM sudah pasti akan menjadi korban pertama.

Kecuali mereka bisa memberikan nilai tambah yang istimewa atau keahlian khusus yang mana produsen tidak memilikinya, pedagang perantara akan terlempar dari jalur distribusi.

1
2

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini