Bacaan Receh – Beberapa waktu lalu ramai di media sosial tentang seorang ibu yang diduga mengalami gejala baby blues syndrome yang mana tindakannya dianggap membahayakan keselamatan bayinya.
Apa itu baby blues syndrome? Apa saja ciri-cirinya dan bagaimana cara mengantisipasinya? Mari kita bahas sejenak tentang hal ini.
Ketika seorang wanita mengalami kelahiran anaknya yang pertama, perasaan kebahagiaan dan haru biasanya mendominasi.
Namun, tidak jarang bagi ibu baru ini untuk merasakan campuran perasaan, termasuk sedih, cemas, atau bahkan kebingungan. Ini adalah pengalaman yang umum dan sering disebut sebagai “Baby Blues Syndrome.”
Sejarah Baby Blues Syndrome
Sejarah baby blues syndrome mencakup beberapa dekade penelitian dan pemahaman yang berkembang seiring waktu. Istilah “baby blues” pertama kali diperkenalkan dalam literatur medis pada awal abad ke-20.
Salah satu referensi pertama yang mengacu pada fenomena ini dapat ditemukan dalam artikel medis yang ditulis oleh Dr. Edward Dunn pada tahun 1940 berjudul “Postpartum Emotional Disturbances”.
Dalam artikel tersebut, Dr. Dunn menggunakan istilah “baby blues” untuk menggambarkan perasaan sedih dan cemas yang muncul pada beberapa ibu setelah melahirkan.
Selama beberapa dekade, para peneliti dan profesional medis telah bekerja keras untuk memahami lebih baik baby blues syndrome dan bagaimana itu berbeda dari gangguan mental serius seperti depresi postpartum.
Penelitian ini telah membantu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan memandu pengembangan metode perawatan yang efektif.
Bacaan Receh Lainnya: Memuaskan Pelanggan Internal Demi Pelanggan Eksternal
Faktor Penyebab Sindrom Baby Blues
Baby blues syndrome adalah reaksi emosional normal terhadap perubahan hormon, stres fisik, dan perubahan psikologis yang terkait dengan melahirkan dan merawat bayi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya baby blues antara lain:
Perubahan Hormon
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi baby blues adalah perubahan hormon. Selama kehamilan, tubuh wanita mengalami fluktuasi hormon yang signifikan, terutama estrogen dan progesteron.
Setelah melahirkan, tingkat hormon ini turun tajam. Penurunan ini telah berhubungan dengan perubahan suasana hati dan emosi yang terjadi pada diri ibu.
Kelelahan Fisik dan Perubahan Psikologis
Selain perubahan hormon, kelelahan fisik dan perubahan psikologis juga dapat berperan dalam munculnya baby blues.
Proses kelahiran itu sendiri adalah pengalaman fisik yang sangat menantang, demikian juga untuk merawat bayi yang baru lahir. Seorang ibu seringkali kurang tidur atau tidak memiliki waktu cukup untuk istirahat sehingga mengganggu pola tidurnya.
Kadang-kadang seorang ibu mungkin merasa cemas tentang kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan bayi mereka. Atau merasa terlalu tertekan dengan peran baru mereka sebagai orang tua.
Gejala Umum Yang Biasanya Terjadi
Baby blues syndrome memiliki beberapa ciri-ciri khas yang membedakannya dari gangguan mental serius seperti depresi postpartum. Baby blues biasanya melibatkan gejala ringan hingga sedang. Meskipun perasaan sedih dan cemas dapat kuat, gejalanya cenderung tidak seberat gejala depresi postpartum.
Sindrom ini biasanya muncul dalam beberapa hari hingga minggu pertama setelah kelahiran dan berlangsung sekitar 1-2 minggu. Ini adalah kondisi yang sementara dan umumnya mereda dengan sendirinya.
Meskipun gejalanya bisa mengganggu, baby blues biasanya tidak mengganggu kemampuan ibu untuk merawat bayi mereka atau menjalani aktivitas sehari-hari.